https://indoboclub.com/?ref=Rasyid
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU MANTIQ
Ada dua cara menyusun proposisi hipotetik:
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU MANTIQ
A.
Pengertian Ilmu Mantiq
Sebelum kita memehami lebih dalam tentang ilmu mantiq hendaknya kita kupas
satu persatu secara tuntas definisi ilmu dan definisi mantiq.
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki banyak arti. Ilmu dapat diartikan
sebagai sesuatu yang diketahui dan yang dipercayai secara pasti dan sesuai
dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasi dalil. Selain itu
ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal tentang sesuatu. Seperti kambing,
kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka muncullah gambaran pada akal
dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu tashawwur. Diantara fungsi
ilmu ialah untuk menelusuri segala sesuatu itu sesuai dengan kenyataannya atau
tidak.
Sedangkan mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa,
yaitu bahasa arab nataqa yang berarti berkata atau berucap dan bahasa latin
logos yang berartiperkataan atau sabda.
Pengertian mantiq menurut istilah ialah:
ü Alat atau dasar yang gunanya untuk menjaga dari
kesalahan berpikir.
ü Sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula
berfikir sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari berfikir yang
salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu ataudikatakan ilmu daari
segala yang benar karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu yang
benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq.
B. Pembagian Ilmu
Telah kita bahas
di awal banhwa yang dimaksud tasawur ialah gambaran yang ada pada akal manusia
secara langsung dengan sendirinya tanpa membebani dengan sifat atau hokum lain.
Tashwur ada dua macam:
– Tashwur yang tampak penisbahan hokum ang berdiri sendiri
atau tunggal/mufrad. Tasawwur ini disebut ashawur asli (sadz).
Tashawur ashli
meliputi tiga bentuk:
a. Bentuk makna mufrad. Seperti
manusia, kayu, batu, besi, dan lain-lain.
b. Bentuk murakkab, idhafah, seperti kebun
binatang, sepatu gajah dan lain-lain.
c. Bentuk sifat-sifat murakkab, seperti
manusia yang berfikir, hewan yang berakal dan lain-lain.
– Tashwur yang mempunyai nisbah hukum yang demikian,
disebut tashdiq. Contohnya seperti manusia itu penulis, baunga itu bagus. Yan
dimaksud hokum disini ialah tersandarnya sesuatu pada yang lain. bisa berbentuk
ijab atau mujabah atau berbentuk salibah.
C. Sejarah Singkat Ilmu Mantiq
Logika (mantiq) sebagai ilmu di Yunani pada abad ke 5 SM oleh para ahli
filsafat kuno. Dalam sejarah, telah tercataat bahwa pencetus logika ialah
Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh Plato dan sdisusun dengan rapisebagai
dasar falsafat oleh Aristoteles. Oleh sebab itu beliau dinyatakan sebagai guru
pertama dari ilmu pengetahuan.
Pada masa selanjutnya, terdapat perubahan-perubahan seperti yang dilakukan
oleh Al-Farabi, salah satu filsuf mislim yang sering dinyatakan sebagai maha
guru keua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabi ilmu mantik dipelajari lebih
rinci dan dipraktekkan, termasuk dalam pentasdiqan qadhiyah.
Tokoh-tokoh lagika/ilmu mantiq kaum muslim yang tercatat oleh para
pakar-pakar diantaranya: Abdullah Ibn Al-Muqaffa, Ya’kub Ibnu Ishak Al-Kindi,
Ibnu Sina, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Abu Ali Al-Haitsam, Abu
Abdillah Al-Khawarizmi, Al-Tibrisi, Ibnu Bajah, Al-Asmawi, As-Samarqandi, dan
lain sebagainya.
Ilmu mantiq banyak membantu dalam perkembangan ilmu pengetahuan
selanjutnya. Seperti
yang dilakukan Immanuel kant, Descartes, dan yang lainnya.
D. Manfaat
Ilmu Mantiq
Setelah kita
membahas panjang lebar mengenai pengertian dan sejrah ilmu mantiq, harusnya
kita juga mengetahui manfaat mempelaari Ilmu Mantiq. Kegunaan yang sangat
Nampak pada ilmu mantiq ini ialah untuk dapat berfikir dengan benar hingga
sampainya seseorang pada kesimpulan yang benar tanpa mempertimbangkan kondisi
dan situasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang.
Jika demikian,
kesimpulannya ialah setiap orang harus mempelajari ilmu mantiq agar dalam mengambil
kesimpulan seseorang tak lagi salah. Ilmu mantiq yang menuntun mereka untuk
sampai pada kesimpulan yang benar. Karena bisa saja seseorang melakukan
kesimpulan yang benar tanpa melalui ilmu mantiq. Itu mungkin saja kebetulan,
karena yang dapat menghasilkan kesimpulan atau hasil akhir yang benar adalah
ilmu mantiq. Oleh sebab itulah ilu mantiq disebut sebagai jembatan dari segala
ilmu.
PERANAN MANTIQ DALAM ISLAM
Mantiiq
atau logika, seperti yang dipelajari dalam ilmu-ilmu Islam, itu benar-benar
berfungsi tentang dua hal:
- Cara membuat
definisi yang tepat dari sebuah konsep.
- Cara untuk
membangun sebuah bukti hujah atau argumentasi, dan utk mendeteksi
kelemahan dalam argumen yang rusak.
Tidak Ada yg misterius dalam ilmu ini. Dengan demikian,
Tidak dapat disangkal bahwa logika dibutuhkan dalam semua ilmu, terutama ilmu
Kalaam. Dalam ilmu Kalaam bisa membuat dan mengetahui bukti terkuat , sehingga
pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip logis diperlukan untuk menilai
kekuatan bukti/hujah. Secara umum, pendidikan modern yang solid
benar-benar mengajarkan tentang kegunaan logika, dan pendidikan terutama yg
mengandalkan hafalan, diperlukan logika untuk mengajar siswa bagaimana cara
berpikir.
Pada
saat ini kebanyakan orang berpendidikan akan menyadari akan pentingnya bgmn
membuat definisi yang solid, dan bagaimana mendeteksi kelemahan dalam argumen,
terutama jika seseorang berhadapan dgn ahli retorika logika hususnya kaum
filsafat kafir. Jika Anda tahu bagaimana cara sebuah pencarian yang baik di
Google, Anda akan tahu bagaimana anda menggunakan logika utk hal kecil seperti
itu. Dan untuk memahami ( cara penilaian istimbat Islam dari Al-Qur'an dan
ĥadiitħ), maka salah satu kebutuhannya adalah mengkaji Uşuulu-l-Fiqh dan juga
mebedakan rantai sanad bgmn sanad kuat dan doif,knpa harus sanad bersambung dan
kuat??? itu utk menjaga
otentikasi riwayat, nah darimana kita tau hal itu perlu??? dari logika, itu
adalah bagian dari ilmu kalam yang di kenal dengan istilah Logika Islam,
sehingga sangat penting untuk membaca setidaknya satu kitab dalam ilmu ini
"Logika Islam" Maksudku kitab tentang logika yang telah dimurnikan
dari teologi Yunani dan yang berhubungan dengannya.
B. Ilmu Pengetahuan Zaman
Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika
kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian
keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian
yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan
mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat
berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya.
Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin
ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila
generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk juga umat
Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa mengkaji dan
mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu
merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji
pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi
mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa
kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya
seperti sekarang ini.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul
alam adalah Thales (624-546 SM), setelah itu Anaximandros (610-540 SM),
Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), dan Phytagoras (580-500).
Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air.
Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan
meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos
melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam
alam semesta adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api.
Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas
merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah.
Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan
tidak terbatas.
Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan
ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari
sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan matematika. Jadi setiap
filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam semesta.
Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan
kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami
generasi setelahnya.
Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof
Sofis sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para
filosof alam dan mengalihkan penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi
mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras
(481-411 SM), tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal
humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya,
tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama.
Bahkan dia tidak menganggap teori matematika mempunyai kebenaran absolut.
Selain Protagoras ada Gorgias (483-375 SM). Menurutnya, penginderaan tidak
dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita
tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema
subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka
membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final
tentang etika, agama, dan metafisika.
Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh
para filosof setelahnya seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan
Aristoteles (384-322 SM). Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang
bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu
dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi
Plato, esensi mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada
bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.
Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan
Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal
yang teoritis (logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan
politik). Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di
kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan
dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya
serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead
memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya
sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka.
Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain
mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa
persoalan filsafat Yunani sehingga memiliki karakteristik islami.
- C.
Abad Pertengahan
Akal pada abad Pertengahan ini benar-benar kalah.
Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat Plotinus, Agustinus, Anselmus.
Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali dan karena itu
filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini merupakan
pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman Yunani
sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran
Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ia mewakili metafisika) bukan untuk
dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat (dan
tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini,
rasa itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua
manusia. Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya
merupakan usaha yang sia-sia, karena Simplicius, salah seorang pengikut
Plotinus, telah menutup sama sekali ruang gerak rasional, iman telah menang
mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang masih hidup juga
menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi
manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ia mengatakan
bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative.
Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Ciri khas dari pada filsafat Abad Pertengahan
terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus,
yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman lebih dahulu,
setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa warisan itu
ada, setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga untuk
meneguhkan keimanan itu.
Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat raional.
Dalam filsafat rasional, pengertian itulah yang didahulukan; setelah
dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau mau; diimani. Mengikuti jalan
pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat Abad Pertengahan
Kristen terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula maka menurut
hemat saya, tokoh utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan adalah St.
Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang
terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah salah satu diantara orang-orang yang
berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen[1]. Kita
anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan. Tekanan
terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak berkurang. Oleh
karena itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal adalah
beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.
Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada teolog di
lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologia atau abdi
agama.
Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani
Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi,
dan pada abad VIII Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi.
Pada zaman keemasan kebdayaan Islam telah medirikan penerjemahan berbagai karya
Yunani, serta menjadi pembuka jalan penggunaan pecahan decimal dan berbagai
konsep hitung lainnya.
Sekitar abad 600-700 M, kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang :
Sekitar abad 600-700 M, kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang :
- Menerjemahkan
peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat
dikenal dunia Barat
seperti sekarang ini.
- Memperluas
pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
- Menegaskan sistem
desimal dan dasar-dasar aljabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat
penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa
Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia dan Spanyol sehingga
tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa.
- D.
Ilmu pengetahuan zaman Renaissance
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan
ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi
terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan
berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian,
keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da
Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492
M) oleh Columbus
memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali
sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer,
Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, senimusik
juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti
Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang
merupakan titik balik dalam pemikiran ilmudan filsafat.
Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari
zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal
adalah Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang
dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: mesin menghasilkan kemenangan dan
perang modern, kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan, percetakan yang
mempercepat penyebaran ilmu.
TERM
Bentuk pertama; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis
minor dan menjadi yang diterangkan (Maudu') pada premis mayor. Contoh :
Premis minor : Semua besi adalah tembaga (term penengah)
Premis mayor : Semua tembaga (term penengah) akan mencair jika dipanaskan .
Konklusi : Semua besi akan mencair jika dipanaskan.
Agar bentuk pertama ini menghasilkan konklusi maka premis minornya harus positif dan premis mayornya universal, maka :
- Jika kedua premisnya positif universal (mujabah kulliyyah) maka konklusinya positif universal.
- Jika premis minor positif partikular (mujabah juziyyah) dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal (salibah kulliyyah) maka konklusinya negatif universal.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular (salibah juziyyah).
Bentuk kedua; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada kedua premisnya. Contoh :
Premis minor : Semua Manusia adalah hewan (term penengah)
Premis mayor : Tidak satupun dari batu adalah hewan (term penengah).
Konklusi : Tidak satupun dari manusia adalah batu.
Agar bentuk kedua ini menghasilkan konklusi, maka kedua premisnya harus berbeda dalam positif dan negatif, dan premis mayornya harus universal. Maka :
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif universal.
- Jika premis minor negatif universal dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor negatif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.
Bentuk ketiga; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada kedua premisnya. Contoh :
Premis minor : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.
Premis mayor : Semua manusia (term penengah) berpikir.
Konklusi : Sebagian dari hewan berpikir.
Agar bentuk ketiga ini menghasilkan konklusi, maka premis minornya harus positif dan pada salah satu dari kedua premisnya harus ada yang universal. Maka :
- Jika kedua premisnya positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor positif partikular maka konklusinya positif partikular.
- Jika Premis minor positif universal dan premis mayornya negatif partikular maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minornya positif partikular dan premis mayornya negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
Bentuk keempat; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada premis minor dan menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis mayor. Contoh :
Premis minor : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.
Premis mayor : Semua yang berpikir adalah manusia (term penengah).
Konklusi : Sebagian dari hewan berpikir.
Premis minor : Semua besi adalah tembaga (term penengah)
Premis mayor : Semua tembaga (term penengah) akan mencair jika dipanaskan .
Konklusi : Semua besi akan mencair jika dipanaskan.
Agar bentuk pertama ini menghasilkan konklusi maka premis minornya harus positif dan premis mayornya universal, maka :
- Jika kedua premisnya positif universal (mujabah kulliyyah) maka konklusinya positif universal.
- Jika premis minor positif partikular (mujabah juziyyah) dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal (salibah kulliyyah) maka konklusinya negatif universal.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular (salibah juziyyah).
Bentuk kedua; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada kedua premisnya. Contoh :
Premis minor : Semua Manusia adalah hewan (term penengah)
Premis mayor : Tidak satupun dari batu adalah hewan (term penengah).
Konklusi : Tidak satupun dari manusia adalah batu.
Agar bentuk kedua ini menghasilkan konklusi, maka kedua premisnya harus berbeda dalam positif dan negatif, dan premis mayornya harus universal. Maka :
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif universal.
- Jika premis minor negatif universal dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor negatif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.
Bentuk ketiga; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada kedua premisnya. Contoh :
Premis minor : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.
Premis mayor : Semua manusia (term penengah) berpikir.
Konklusi : Sebagian dari hewan berpikir.
Agar bentuk ketiga ini menghasilkan konklusi, maka premis minornya harus positif dan pada salah satu dari kedua premisnya harus ada yang universal. Maka :
- Jika kedua premisnya positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.
- Jika premis minor positif universal dan premis mayor positif partikular maka konklusinya positif partikular.
- Jika Premis minor positif universal dan premis mayornya negatif partikular maka konklusinya negatif partikular.
- Jika premis minornya positif partikular dan premis mayornya negatif universal maka konklusinya negatif partikular.
Bentuk keempat; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada premis minor dan menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis mayor. Contoh :
Premis minor : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.
Premis mayor : Semua yang berpikir adalah manusia (term penengah).
Konklusi : Sebagian dari hewan berpikir.
ILMU MANTIQ
(LOGIKA): PROPOSISI
1.
Dilihat dari
segi hubungan antara subyek dan predikat, maka proposisi dibagi menjadi:
- Proposisi
kategorik (qadiyyah hamliyyah)
atau proposisi mutlak atau proposisi tidak bersyarat, yakni proposisi yang
hanya terdiri dari subyek dan predikat serta kopula (yang sering tidak
disebutkan). Contoh: Fuad tidur.
- Proposisi
hipotetik (qadiyyah syartiyyah
muttasilah), yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan
predikatnya didasarkan pada syarat. Contoh: Jika Fuad lapar, maka ia akan
makan.
–
Antecedent (muqaddam) dan konsekuen (tali) masing-masing memiliki subyek yang
sama. Contoh: Jika Fuad mandi, maka badannya pasti basah.
Dalam hal ini, proposisi kedua terjadi
disebabkan proposisi pertama, sehingga memiliki sifat kepastian (luzumiyyah).
– Antecedent dan
konsekuen masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Contoh : Jika Fuad kawin,
maka bapaknya gembira.
Dalam hal ini,
kedua proposisi bukan merupakan hubungan antara dua sifat tetapi antara dua
pengertian proposisi dan bersifat kebetulan (ittifaqiyyah).
- Proposisi disjungtif (qadiyyah syartiyyah munfasilah), yakni proposisi dalam bentuk
perimbangan pertentangan antara antecedent dan konsekuen yang biasanya
dirangkaikan dengan kata
“adakalanya”, “atau” sehingga disebut juga proposisi alternatif. Contoh:
angka itu genap atau ganjil, adakalanya angka itu genap atau ganjil.
Ada dua cara
menyusun proposisi disjungtif:
– Antecedent dan
konsekuen masing-masing memiliki subyek yang sama. Seperti: angka itu genap
atau ganjil
– Antecedent dan konsekuen masing-masing
memiliki subyek yang berbeda. Seperti: adakalanya lembaganya yang baik atau
personnya yang jelek.
2. Dilihat dari
modalitasnya, yakni cara menanggap dalam kaitannya dengan realitas, maka
proposisi dibagi menjadi:
- Proposisi problematik, yakni proposisi yang hubungan
antara subyek dan predikat berdasarkan kemungkinan. Seperti: Mungkin Fuad tidur,
mungkin juga tidak.
- Proposisi asertorik, yakni proposisi yang hubungan
antara subyek dan predikat berdasarkan kenyataan. Seperti: (menurut kenyataannya)
Fuad tidur.
- Proposisi
apodiktif, yakni proposisi yang predikatnya harus berlaku bagi subyeknya.
Seperti: Jomblo adalah seseorang yang sedang tidak memiliki pacar.
3.
Dilihat dari
segi gabungan antara tinjauan kualitas dan kuantitasnya baik dalam proposisi
kategorik, hipotetik, maupun disjungtif, maka ada empat bentuk standar dalam
proposisi:
1. Universal
affrimatif (kulliyyah mujabah) dengan
simbol “A”.
2. Universal negatif
(kulliyyah salibah) dengan simbol
“E”.
3. Partikular
affirmatif (juz’iyyah mujabah) dengan
simbol “I”.
4. Partikular negatif
(juz’iyyah salibah) dengan simbol
“O”.
Simbol “A” dan “I”
berasal dari huruf “a” dan “i” kata “affirmo” (mengakui), dan simbol “E” dan
“O” berasal dari huruf “e” dan “o” kata “nego” (mengingkari).
Ø
Empat bentuk
standar pada proposisi kategorik, seperti:
A : Semua
orang ingin punya uang. (S a P)
E : Tak
ada serupiah pun uang di sakuku. (S e P)
I : Sebagian
manusia punya uang. (S i P)
O : Sebagian
manusia tidak punya uang. (S o P)
Ø
Empat bentuk standar pada proposisi hipotetik, seperti:
A : Jika
ada yang meminta uang, maka pasti akan saya beri. (S a P)
E : Tidak
akan terjadi jika bangsa itu bersatu, maka akan terjadi kerawanan dalam
kehidupan. (S e P)
I : Kadang-kadang
terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan mahasiswa.
(S i P)
O : Kadang-kadang
tidak terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan mahasiswa.
(S o P)
Ø
Empat bentuk standar pada proposisi disjungtif, seperti:
A : Selalu
adakalanya udara itu bersih atau kotor. (S a P)
E : Tidak
sekali-kali adakalanya mahasiswa dapat mandiri atau tergantung pada pihak lain.
(S e P)
I : Kadang-kadang
terjadi adakalanya mahasiswa itu sukses atau gagal. (S i P)
O : Tidak
selalu orang yang sukses dalam hidupnya itu diusahakan dengan jujur atau
curang. (S o P)
Yang perlu
diperhatikan pada masing-masing proposisi adalah keluasan daripada subyek dan
predikat: apakah ia mengandung keseluruhan golongan atau sebagian saja. Dalam hal ini ada dua macam:
- Distribusi (mustaghraq),
yakni jika semua person dari term itu terkandung oleh pengertian
proposisi.
- Non distribusi (ghairu
mustaghraq), yakni jika hanya sebagian person dari term yang
terkandung oleh pengertian proposisi.
Untuk itu dalam
kaitannya dengan empat bentuk standar proposisi A, E, I, O, adalah:
- A – ( S a
P), Contoh: Semua mahasiswa dapat belajar mandiri. Subyek “semua mahasiswa” bersifat
distribusi. Sedangkan karena yang “dapat belajar mandiri” tidak hanya
mahasiswa, maka predikatnya bersifat non distribusi.
- E
– (S e P), Contoh: Tak satupun pelajar adalah mahasiswa. Subyek “pelajar”
dan predikat “mahasiswa” sama-sama bersifat distribusi.
- I – (S i P), Contoh: Sebagian mahasiswa adalah
pedagang. Subyek
“sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Sedangkan karena yang
menjadi “pedagang” bukan hanya mahasiswa saja, maka predikatnya bersifat
non distribusi.
- O – (S o P), Contoh: Sebagian mahasiswa bukan
pedagang. Subyek
“sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Dan predikatnya karena
keseluruhan golongan pedagang dan mengecualikan sebagian mahasiswa, maka
ia bersifat distribusi.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar