Selasa, 07 Mei 2013

Pengertian Ilmu Mantiq

https://indoboclub.com/?ref=Rasyid
 
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU MANTIQ

A.    Pengertian Ilmu Mantiq
Sebelum kita memehami lebih dalam tentang ilmu mantiq hendaknya kita kupas satu persatu secara tuntas definisi ilmu dan definisi mantiq.
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki banyak arti. Ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui dan yang dipercayai secara pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan argumentasi dalil. Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal tentang sesuatu. Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka muncullah gambaran pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah untuk menelusuri segala sesuatu itu sesuai dengan kenyataannya atau tidak.
Sedangkan mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa arab nataqa yang berarti berkata atau berucap dan bahasa latin logos yang berartiperkataan atau sabda.
Pengertian mantiq menurut istilah ialah:
ü  Alat atau dasar yang gunanya untuk menjaga dari kesalahan berpikir.
ü  Sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berfikir sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari berfikir yang salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu ataudikatakan ilmu daari segala yang benar karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq.

B.     Pembagian Ilmu
Telah kita bahas di awal banhwa yang dimaksud tasawur ialah gambaran yang ada pada akal manusia secara langsung dengan sendirinya tanpa membebani dengan sifat atau hokum lain. Tashwur ada dua macam:
Tashwur yang tampak penisbahan hokum ang berdiri sendiri atau tunggal/mufrad. Tasawwur ini disebut ashawur asli (sadz).
Tashawur ashli meliputi tiga bentuk:
a.       Bentuk makna mufrad. Seperti manusia, kayu, batu, besi, dan lain-lain.
b.      Bentuk murakkab, idhafah, seperti kebun binatang, sepatu gajah dan lain-lain.
c.       Bentuk sifat-sifat murakkab, seperti manusia yang berfikir, hewan yang berakal dan lain-lain.

Tashwur yang mempunyai nisbah hukum yang demikian, disebut tashdiq. Contohnya seperti manusia itu penulis, baunga itu bagus. Yan dimaksud hokum disini ialah tersandarnya sesuatu pada yang lain. bisa berbentuk ijab atau mujabah atau berbentuk salibah.

C.    Sejarah Singkat Ilmu Mantiq
Logika (mantiq) sebagai ilmu di Yunani pada abad ke 5 SM oleh para ahli filsafat kuno. Dalam sejarah, telah tercataat bahwa pencetus logika ialah Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh Plato dan sdisusun dengan rapisebagai dasar falsafat oleh Aristoteles. Oleh sebab itu beliau dinyatakan sebagai guru pertama dari ilmu pengetahuan.
Pada masa selanjutnya, terdapat perubahan-perubahan seperti yang dilakukan oleh Al-Farabi, salah satu filsuf mislim yang sering dinyatakan sebagai maha guru keua dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Al-Farabi ilmu mantik dipelajari lebih rinci dan dipraktekkan, termasuk dalam pentasdiqan qadhiyah.
Tokoh-tokoh lagika/ilmu mantiq kaum muslim yang tercatat oleh para pakar-pakar diantaranya: Abdullah Ibn Al-Muqaffa, Ya’kub Ibnu Ishak Al-Kindi, Ibnu Sina, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Abu Ali Al-Haitsam, Abu Abdillah Al-Khawarizmi, Al-Tibrisi, Ibnu Bajah, Al-Asmawi, As-Samarqandi, dan lain sebagainya.
Ilmu mantiq banyak membantu dalam perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Seperti yang dilakukan Immanuel kant, Descartes, dan yang lainnya.

D.    Manfaat Ilmu Mantiq
Setelah kita membahas panjang lebar mengenai pengertian dan sejrah ilmu mantiq, harusnya kita juga mengetahui manfaat mempelaari Ilmu Mantiq. Kegunaan yang sangat Nampak pada ilmu mantiq ini ialah untuk dapat berfikir dengan benar hingga sampainya seseorang pada kesimpulan yang benar tanpa mempertimbangkan kondisi dan situasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang.
Jika demikian, kesimpulannya ialah setiap orang harus mempelajari ilmu mantiq agar dalam mengambil kesimpulan seseorang tak lagi salah. Ilmu mantiq yang menuntun mereka untuk sampai pada kesimpulan yang benar. Karena bisa saja seseorang melakukan kesimpulan yang benar tanpa melalui ilmu mantiq. Itu mungkin saja kebetulan, karena yang dapat menghasilkan kesimpulan atau hasil akhir yang benar adalah ilmu mantiq. Oleh sebab itulah ilu mantiq disebut sebagai jembatan dari segala ilmu.

PERANAN MANTIQ DALAM ISLAM
Mantiiq atau logika, seperti yang dipelajari dalam ilmu-ilmu Islam, itu benar-benar berfungsi tentang dua hal:
  1. Cara membuat definisi yang tepat dari sebuah konsep. 
  2. Cara untuk membangun sebuah bukti hujah atau argumentasi, dan utk mendeteksi kelemahan dalam argumen yang rusak.

Tidak Ada yg misterius dalam ilmu ini. Dengan demikian, Tidak dapat disangkal bahwa logika dibutuhkan dalam semua ilmu, terutama ilmu Kalaam. Dalam ilmu Kalaam bisa membuat dan mengetahui bukti terkuat , sehingga pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip logis diperlukan untuk menilai kekuatan bukti/hujah. Secara umum, pendidikan modern yang solid benar-benar mengajarkan tentang kegunaan logika, dan pendidikan terutama yg mengandalkan hafalan, diperlukan logika untuk mengajar siswa bagaimana cara berpikir.

Pada saat ini kebanyakan orang berpendidikan akan menyadari akan pentingnya bgmn membuat definisi yang solid, dan bagaimana mendeteksi kelemahan dalam argumen, terutama jika seseorang berhadapan dgn ahli retorika logika hususnya kaum filsafat kafir. Jika Anda tahu bagaimana cara sebuah pencarian yang baik di Google, Anda akan tahu bagaimana anda menggunakan logika utk hal kecil seperti itu. Dan untuk memahami ( cara penilaian istimbat Islam dari Al-Qur'an dan ĥadiitħ), maka salah satu kebutuhannya adalah mengkaji Uşuulu-l-Fiqh dan juga mebedakan rantai sanad bgmn sanad kuat dan doif,knpa harus sanad bersambung dan kuat??? itu utk menjaga otentikasi riwayat, nah darimana kita tau hal itu perlu??? dari logika, itu adalah bagian dari ilmu kalam yang di kenal dengan istilah Logika Islam, sehingga sangat penting untuk membaca setidaknya satu kitab dalam ilmu ini "Logika Islam" Maksudku kitab tentang logika yang telah dimurnikan dari teologi Yunani dan yang berhubungan dengannya.
B.     Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya.
Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang ini.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM), setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), dan Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air. Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas.
Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya.
Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras (481-411 SM), tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap teori matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias (483-375 SM). Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.
Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis (logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan politik). Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka. Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat Yunani sehingga memiliki karakteristik islami.
  1. C.    Abad Pertengahan
Akal pada abad Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat Plotinus, Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali dan karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ia mewakili metafisika) bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua manusia. Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya merupakan usaha yang sia-sia, karena Simplicius, salah seorang pengikut Plotinus, telah menutup sama sekali ruang gerak rasional, iman telah menang mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang masih hidup juga menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Ciri khas dari pada filsafat Abad Pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman lebih dahulu, setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa warisan itu ada, setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan keimanan itu.
Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat raional. Dalam filsafat rasional, pengertian itulah yang didahulukan; setelah dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau mau; diimani. Mengikuti jalan pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat Abad Pertengahan Kristen terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula maka menurut hemat saya, tokoh utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan adalah St. Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah salah satu diantara orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen[1]. Kita anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan. Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak berkurang. Oleh karena itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal adalah beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.
Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologia atau abdi agama.
Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebdayaan Islam telah medirikan penerjemahan berbagai karya Yunani, serta menjadi pembuka jalan penggunaan pecahan decimal dan berbagai konsep hitung lainnya.
Sekitar abad 600-700 M, kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang :
  • Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal       dunia  Barat   seperti sekarang ini.
  • Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
  • Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa.
  1. D.    Ilmu pengetahuan zaman Renaissance
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, senimusik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmudan filsafat.
Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern, kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan, percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.
TERM
   Bentuk pertama; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis minor dan menjadi yang diterangkan (Maudu') pada premis mayor. Contoh :

Premis minor  : Semua besi adalah tembaga (term penengah)

Premis mayor : Semua tembaga  (term penengah) akan mencair jika dipanaskan .

Konklusi           : Semua besi akan mencair jika dipanaskan.

Agar bentuk pertama ini menghasilkan konklusi maka premis minornya harus positif dan premis mayornya universal, maka :

-          Jika kedua premisnya positif universal (mujabah kulliyyah) maka konklusinya positif universal.

-          Jika premis minor positif partikular (mujabah juziyyah) dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal (salibah kulliyyah) maka konklusinya negatif universal.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular (salibah juziyyah).

    Bentuk kedua; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada kedua premisnya. Contoh :

Premis minor  : Semua Manusia adalah hewan (term penengah)

Premis mayor : Tidak satupun dari batu adalah hewan (term penengah).

Konklusi           : Tidak satupun dari manusia adalah batu.

Agar bentuk kedua ini menghasilkan konklusi, maka kedua premisnya harus berbeda dalam positif dan negatif, dan premis mayornya harus universal. Maka :

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif universal.

-          Jika premis minor negatif universal dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor negatif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.

    Bentuk ketiga; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada kedua premisnya. Contoh :

Premis minor  : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.

Premis mayor : Semua manusia (term penengah) berpikir.

Konklusi           : Sebagian dari hewan berpikir.

Agar bentuk ketiga ini menghasilkan konklusi, maka premis minornya harus positif dan pada salah satu dari kedua premisnya harus ada yang universal.
Maka :

-          Jika kedua premisnya positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor positif partikular maka konklusinya positif partikular.

-          Jika Premis minor positif universal dan premis mayornya negatif partikular maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minornya positif partikular dan premis mayornya negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

    Bentuk keempat; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada premis minor dan menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis mayor. Contoh :

Premis minor  : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.

Premis mayor : Semua yang berpikir adalah manusia (term penengah).

Konklusi           : Sebagian dari hewan berpikir.

ILMU MANTIQ (LOGIKA): PROPOSISI

1.      Dilihat dari segi hubungan antara subyek dan predikat, maka proposisi dibagi menjadi:
  1. Proposisi kategorik (qadiyyah hamliyyah) atau proposisi mutlak atau proposisi tidak bersyarat, yakni proposisi yang hanya terdiri dari subyek dan predikat serta kopula (yang sering tidak disebutkan). Contoh: Fuad tidur.
  2. Proposisi hipotetik (qadiyyah syartiyyah muttasilah), yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikatnya didasarkan pada syarat. Contoh: Jika Fuad lapar, maka ia akan makan.
Ada dua cara menyusun proposisi hipotetik:
        Antecedent (muqaddam) dan konsekuen (tali) masing-masing memiliki subyek yang sama. Contoh: Jika Fuad mandi, maka badannya pasti basah.
Dalam hal ini, proposisi kedua terjadi disebabkan proposisi pertama, sehingga memiliki sifat kepastian (luzumiyyah).
        Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Contoh : Jika Fuad kawin, maka bapaknya gembira.
Dalam hal ini, kedua proposisi bukan merupakan hubungan antara dua sifat tetapi antara dua pengertian proposisi dan bersifat kebetulan (ittifaqiyyah).
  1. Proposisi disjungtif (qadiyyah syartiyyah munfasilah), yakni proposisi dalam bentuk perimbangan pertentangan antara antecedent dan konsekuen yang biasanya dirangkaikan dengan  kata “adakalanya”, “atau” sehingga disebut juga proposisi alternatif. Contoh: angka itu genap atau ganjil, adakalanya angka itu genap atau ganjil.
Ada dua cara menyusun proposisi disjungtif:
        Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang sama. Seperti: angka itu genap atau ganjil
         Antecedent dan konsekuen masing-masing memiliki subyek yang berbeda. Seperti: adakalanya lembaganya yang baik atau personnya yang jelek.
2.      Dilihat dari modalitasnya, yakni cara menanggap dalam kaitannya dengan realitas, maka proposisi dibagi menjadi:
  1. Proposisi problematik, yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat berdasarkan kemungkinan. Seperti: Mungkin Fuad tidur, mungkin juga tidak.
  2. Proposisi asertorik, yakni proposisi yang hubungan antara subyek dan predikat berdasarkan kenyataan. Seperti: (menurut kenyataannya) Fuad tidur.
  3. Proposisi apodiktif, yakni proposisi yang predikatnya harus berlaku bagi subyeknya. Seperti: Jomblo adalah seseorang yang sedang tidak memiliki pacar.
3.      Dilihat dari segi gabungan antara tinjauan kualitas dan kuantitasnya baik dalam proposisi kategorik, hipotetik, maupun disjungtif, maka ada empat bentuk standar dalam proposisi:
1.      Universal affrimatif (kulliyyah mujabah) dengan simbol “A”.
2.      Universal negatif (kulliyyah salibah) dengan simbol “E”.
3.      Partikular affirmatif (juz’iyyah mujabah) dengan simbol “I”.
4.      Partikular negatif (juz’iyyah salibah) dengan simbol “O”.
Simbol “A” dan “I” berasal dari huruf “a” dan “i” kata “affirmo” (mengakui), dan simbol “E” dan “O” berasal dari huruf “e” dan “o” kata “nego” (mengingkari).
Ø  Empat bentuk standar pada proposisi kategorik, seperti:
                A     :       Semua orang ingin punya uang. (S a P)
                E      :       Tak ada serupiah pun uang di sakuku. (S e P)
                I       :       Sebagian manusia punya uang. (S i P)
                O     :       Sebagian manusia tidak punya uang. (S o P)
Ø  Empat bentuk standar pada proposisi hipotetik, seperti:
                A     :       Jika ada yang meminta uang, maka pasti akan saya beri. (S a P)
                E      :       Tidak akan terjadi jika bangsa itu bersatu, maka akan terjadi kerawanan dalam kehidupan. (S e P)
                I       :       Kadang-kadang terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan mahasiswa. (S i P)
                O     :       Kadang-kadang tidak terjadi jika mahasiswa itu tekun belajar, maka ia akan mendapatkan mahasiswa. (S o P)
Ø  Empat bentuk standar pada proposisi disjungtif, seperti:
                A     :       Selalu adakalanya udara itu bersih atau kotor. (S a P)
                E      :       Tidak sekali-kali adakalanya mahasiswa dapat mandiri atau tergantung pada pihak lain. (S e P)
                I       :       Kadang-kadang terjadi adakalanya mahasiswa itu sukses atau gagal. (S i P)
                O     :       Tidak selalu orang yang sukses dalam hidupnya itu diusahakan dengan jujur atau curang. (S o P)
Yang perlu diperhatikan pada masing-masing proposisi adalah keluasan daripada subyek dan predikat: apakah ia mengandung keseluruhan golongan atau sebagian saja. Dalam hal ini ada dua macam:
  1. Distribusi (mustaghraq), yakni jika semua person dari term itu terkandung oleh pengertian proposisi.
  2. Non distribusi (ghairu mustaghraq), yakni jika hanya sebagian person dari term yang terkandung oleh pengertian proposisi.
Untuk itu dalam kaitannya dengan empat bentuk standar proposisi A, E, I, O, adalah:
  1. A – ( S  a P), Contoh: Semua mahasiswa dapat belajar mandiri. Subyek “semua mahasiswa” bersifat distribusi. Sedangkan karena yang “dapat belajar mandiri” tidak hanya mahasiswa, maka predikatnya bersifat non distribusi.
  2. E – (S e P), Contoh: Tak satupun pelajar adalah mahasiswa. Subyek “pelajar” dan predikat “mahasiswa” sama-sama bersifat distribusi.
  3. I – (S i P), Contoh: Sebagian mahasiswa adalah pedagang. Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Sedangkan karena yang menjadi “pedagang” bukan hanya mahasiswa saja, maka predikatnya bersifat non distribusi.
  4. O – (S o P), Contoh: Sebagian mahasiswa bukan pedagang. Subyek “sebagian mahasiswa” bersifat non distribusi. Dan predikatnya karena keseluruhan golongan pedagang dan mengecualikan sebagian mahasiswa, maka ia bersifat distribusi.  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar