Selasa, 07 Mei 2013

Kebutuhan Biologis

https://indoboclub.com/?ref=Rasyid

(KEBUTUHAN BIOLOGIS)

A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
a. Pengertian
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( Dien ) dari bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.

b. Latar Belakang Perlunya Manusia terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.

Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)

Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .

3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .
c. Kebutuhan Agama (Rohani) dan Sains (Jasmani)
            Dalam pandangan positivisme atau materialisme, jika sains dan teknologi sudah maju, masyarakat tidak membutuhkan agama lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi ketika direnungkan lebih dalam timbul persoalan. Apakah keinginan manusia betul-betul mampu dipenuhi oleh sains dan teknologi ?? Padahal menurut aliran ini manusia terbatas dalam alam yang sangat luas. Bagaimana dia mampu memenuhi keinginan tersebut? Kalau ada teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut, kemungkinan besar semua orang akan menganut materialisme. Ternyata pandangan materialisme tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan karena alur pikiranya tidak logis.
            Kemajuan sains dan teknologi dalam satu abad terahir ini memang terasa sangat pesat. 100 tahun yang lalu belum terbayangkan munculnya media elektronika seperti televisi atau komputer. Teknologi trasportasi dan informasi begitu cepat berkembangnya, padahal kalau dibandingkan antara masa penemuan roda- sebagai penemuan teknologi transportasi paling awal-dengan dijalankan roda dengan mesin uap membutuhkan waktu yang cukup lama. Jadi, perkembangan pesat sejak munculnya penemuan sains dan teknologi di barat sejak abad ke-17.
            Boleh dikatakan bahwa 95% dari penduduk dunia sekarang telah menggunakan teknologi modern. Mungkin sebagian suku-suku terasing saja belum menggunakan teknologi modern. Kalau dikatakan semua suku terasing tidak menggunakan teknologi semuanya benar karena suku-suku terasing di Irian Jaya lebih sering menggunakan pesawat terbang dibanding dengan masyarakat yang berada di Pulau jawa bagian selatan.
Mau tidak mau, seseorang yang hidup dalam alam modern tidak mampu menolak teknologi dengan segala bentuk resikonya. Contohnya, kalau waman pra kemerdekaan, seseorang masih bebas berjalan dan main layangan di sekitar Blok M Jakarta. Tetapi, pada tahun 1990-an kebebasan itu tidak ada lagi karena sebagian besar kawasan itu telah
berubah fungsi, yaitu menjadi jalan raya. Jalan adalah tuntunan logis dari teknologi transportasi yang bernama mobil. Mobil lama-kelamaan bertambah banyak dan kencang. Oleh karena itu, jalan harus menyesuaikan diri terhadap tuntunan tersebut, yakni dengan memperlebar dan membagi jalan menjadi jalur lambat, dan  jalur cepat. Karena lama kelamaan mobil bertambah banyak, sementara jalan tidak bertambah, akhirnya dibuat jalan tol yang bebas hambatan.
Jadi, manusia, pengguna teknologi,disisi mendapatkan kemudahan dalam aktivitasnya,tetapi disisi lain, dia terstruktur dan terbelenggu oleh teknologi itu sendiri. Struktur itu tidak saja membuat dia tidak bebas berbuat atau berjalan,tetapi juga membentuk pola tingkah lakunya. Seperti, pengendara eksklusif, tidak bebas lagi makan di sembarang tempat karena struktur mobil menuntut dia untuk mencari restoran dengan tempat parkir yang luas. Cara berpakaianjuga akan berubah sesuai dengan mobil model apa yang ia miliki.
Sains dan teknologi adalah hasil daya akal manusia dan sekaligus kebutuhannya. Namun, kalau manusia tenggelam dalam struktur sains dan teknologi, berarti eksistensinya sebagai manusia bisa hilang. Jiwa manusia memiliki dua daya yaitu daya akal dan daya hati. Daya akal digunakan untuk mencapai ilmu pengetahuan dan menemukan hal-hal baru. Sikap akal progresif dan cinta ilmu. Daya pikir sifat yang paling penting adalah akal.
Pengalaman empiris dan daya akal kemudian menemukan bahwa air itu selalu mendidih bila dipanaskan dan kemudian menguap. Uap ditemukan lagi memiliki kekuatan yang begitu dahsyat. Oleh James Watt, uap itu digunakan untuk mengerakan roda. Teori itu digunakan dalam teknologi transportasi, maka munculah kereta api uap.
             Namun, apakah setelah kebutuhan itu terpenuhi, manusia sudah merasa puas, atau sudah tercapai semua keinginannya??
Disini manusia sebenarnya masih membutuhkan kesenangan di balik itu semua yang bersifat materi itu, yaitu kebutuhan spritual.
Kebutuhan spritual adalah kebutuhan hati yang tidak berbentuk materi. Boleh jadi seorang telah terpenuhi segala kebutuhan materinya, tetapi perasaanya belum puas dan bahagia dengan apa yang ia miliki. Sebaliknya, seseorang yang belum tercukupi segala kebutuhan materinya, tetapi dia sudah merasa puas dan bahagia.
            Pada dasarnya manusia ingin kebutuhan materinya cukup dan juga merasa puas dan bahagia dengan kecukupan itu. Agama mengajarkan pemeluknya agar selalu bersyukur atas apa yang diterimanya sebab Tuhan itu Maha Pemurah dan Bijaksana.

Maha pemurah Tuhan dapat diamati dalam struktur kebutuhan manusia. Semakin sesuatu itu dibutuhkan semakin murah harganya dan mudah diperoleh. Contohnya, udara lebih dibutuhkan manusia ketimbang air sebab seorang mampu hidup beberapa hari tanpa minum, tetapi dia akan mati dalam hitungan menit kalau tidak ada udara. Seterusnya, air lebih dibutuhkan ketimbang makanan karena seseorang mampu bertahan hidup tanpa makan sekian puluh hari dengan tetap minum air, dan demikianlah selanjutnya. Udara lebih mudah didapat dari pada air, begitu pula air lebih mudah didapat dari pada makanan.
            Manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani secara otomatis kedua unsur itu memiliki kebutuhan –kebutuhan tersendiri. Kebutuhan jasmani dipenuhi oleh sains dan teknologi, sementara kebuthan rohani dipenuhi oleh agama dan moralitas. Apabila dua macam kebutuhan itu terpenuhi, menurut agama, dia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Bahkan agama menekan bahwa kebahagian rohani lebih penting dari pada kebahagian jasmani. Kebahagian jasmani menurut agama hanya sementara dan akan hancur, sedangkan  kebahagian rohani bersifat abadi.
            Adanya konsep keabadian jiwa dalam agama merupakan dorongan bagi pemeluknya agar selalu berfikir dan bertujuan jauh ke depan. Pandangan jauh ke depan ini memiliki aspek yang positif, antara lain kebahagian yang hakikat sulit dicapai di dunia yang serba terbatas. Oleh karena itu, kebahagian hakikat sebenarnya ada pada alam yang tidak terbatas, yaitu alam rohani atau syurga. Biasanya orang yang berpandangan jauh dan luas lebih unggul di banding orang yang berfikir sempit dan pendek. Orang yang berpandangan jauh ke depan, bagaikan seorang yang menggunakan lampu jauh ketika mengendarai mobil di malam hari. Ketika menggunakan lampu jauh, dia mendapat dua keuntungan, pertama dia melihat jalan yang jauh di depan dan, kedua secara otomatis jalan yang dekat ikut jelas juga. Jika menggunakan lampu dekat saja, sedangkan jarak

yang jauh tidak dilihatnya. Begitu juga orang berfikir akan ada kebahagian akhirat yang lebih sempurna, dia secara otomatis meraih kebahagian di dunia terlebih dahulu, baru kebahagian akhirat.
            Kebutuhan dalam meramal dan berfikir jauh ke depan sudah merupakan naluri manusia. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, di negara-negara Barat bermunculan para futurolog yang terkenal, seperti Naisbitt dan Alvin Toffler. Mereka ramalkan masa depan manusia dengan berpijak pada kenyataan yang sekarang dan pengalaman umat manusia yang telah lalu.Hasil dari ramalanya itu dibukukan dan menjadi buku yang paling laris dibeli oleh masyarakat.
            Dengan demikian, kebutuhan manusia modern tidak saja sains dan teknologi, tetapi kebutuhan rohani, termasuk kebutuhan masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Agama islam umpamanya, memberikan petunjuk bahwa kebahagian rohani dan jasmani itu saling terkait. Seorang yang memiliki harta yang banyak dianggap baik ketika ia mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang tidak mampu. Doa yang selalu di anjurkan agar dibaca oleh seorang muslim adalah permintaan kebahagian di dunia dan di akhirat. Jadi, kebahagian dunia menjadi prasyarat bagi kebahagian akhirat.
Itulah pentingnya agama, sebab dalam kenyataan agama sangat relavan dijadikan sebagai alasan permusuhan antara satu kelompok  dengan kelompok yang lainnya.Tidak jarang konflik antarindividu maupun antar kelompok dikaitkan dengan agama, sekalipun setelah dianalisis lebih lanjut,perbedaan agama bukanlah faktor utama penyebab konflik tersebut. Mungkin saja terjadi karena  perbedaan dalam pemahaman, tetapi tidak dipungkiri bahwa konflik itu muncul karena adanya aspek-aspek lain yang turut memicu, seperti aspek ekonomi dan aspek politik.[1]

B. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP TUHAN

 Dari semua kitab suci semua agama sudah dijelaskan mengapa manusia perlu Tuhan. Di dasari oleh berbagai macam dalil-dalil yang sudah dibuktikan selama berabad-abad oleh para penganut masing-masing agama. Itupun masih banyak yang menyangkal keberadaan Tuhan, hingga suatu saat si atheis terpojok, dan terancam maut, barulah dia menyeru dan meminta pertolongan kepada Tuhan.
SEBAGAIMANA FIRAUN MENYERU KEPADA TUHAN PADA WAKTU AKAN MATI TENGGELAM DAN MAYATNYA SEKARANG MENJADI SAKSI BISU ATAS KEJADIAN TERSEBUT. 
Khususnya di negara-negara barat, saat ini faham atheis sedang berkembang pesat. Mereka menolak keberadaan Tuhan bahkan ada beberapa yang malah mencaci maki Tuhan. Itulah Firaun-Firaun jaman sekarang yang lebih suka bertindak sesuka hatinya, tidak ada larangan apapun dan menolak kewajiban apapun.
Sesungguhnya dia menurutkan hawa nafsunya sendiri dan menjadikan kesenangan hawa nafsu sebagai tujuan hidupnya. Hawa nafsunya dibiarkan mengatur perilakunya yang menghasilkan pilihan hidup sesuka hatinya. Agamanya adalah agama yang mengajarkan sikap dan tindakan sesuka hati. Tuhannya adalah hawa nafsunya.
Perilaku manusia seperti ini dijelaskan di dalam teorinya Sigmund Freud, yaitu ID, EGO & SUPER EGO yang mendasari perilaku manusia. Secara sederhana pengertian ID mewakili kebutuhan biologis dan alam bawah sadar, EGO mewakili rasio dan alam sadar, sedangkan SUPEREGO adalah nilai-nilai yang dianut di suatu kelompok masyarakat tertentu.Pada saat belum ada agama, manusia menyeru kepada Sang Pencipta Alam Semesta dan memohon petunjuk dan bimbingan mengenai suatu “metode” yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperbaiki kondisi masyarakat di mana dia tinggal. Setelah diturunkannya petunjuk, maka “metode dan prosedur” yang dijalankan berdasarkan petunjuk tadi akhirnya disebut sebagai agama. “Metode dan prosedur” tadi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sehari-harinya sehingga agama dikenal pula sebagai suatu cara untuk menjalani kehidupan (way of life).
Di dalam perkembangan selanjutnya, banyak pemuka agama yang memodifikasi dan merubah ajaran asli agama tersebut dengan berbagai macam pertimbangan, alasan dan kepentingan. Perubahan-perubahan tersebut ada yang merugikan dan menguntungkan bagi masyarakat penganutnya.
Reaksi terhadap perubahan yang dirasakan merugikan adalah dengan memperbaiki agama tersebut dan berjuang mengembalikan ajaran agama tersebut ke bentuk aslinya. Ada juga yang bereaksi dengan pindah agama lain. Dan Ada juga yang malah meninggalkan ajaran agama tersebut dan mengklaim dirinya tidak percaya Tuhan, sebagai perwujudan pernyataan sikap bahwa dia tidak mau lagi menjalankan “metode dan prosedur” sebagaimana diatur oleh suatu agama.              
Prof Masaru Emoto adalah seorang profesor dari Jepang yang berhasil mendokumentasikan kualitas air di seluruh kota di Jepang.
Dari hasil penelitiannya tersebut kita bisa memetik suatu pelajaran tentang kebutuhan manusia terhadap Tuhan, suka tidak suka, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau. Artinya secara alamiah kita membutuhkan Tuhan, sebagaimana kita membutuhkan oksigen untuk bernafas.Secara biology, 80% tubuh manusia terdiri dari air, sehingga kualitas air di dalam diri kita akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Bila “kualitas air” di dalam badan manusia buruk tentunya orang tersebut akan menderita gejala gangguan kesehatan dan atau menderita penyakit tertentu. Tidak ada orang di dunia ini yang mau sakit. Semuanya menginginkan hidup sehat dan panjang umur.

C. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP PERKAWINAN
            Kata nikah atau kawin berasal dari bahasa Arab yaitu “النكاح” dan “الزواج”, yang secara bahasa berarti “الوطئ ” (setubuh, senggama)  dan “الضم” (berkumpul). Secara hakiki nikah bermakna bersetubuh, sedangkan secara majazi bermakna akad. Ulama Hanafiyah mendefinisikan nikah adalah suatu akad yang memberikan faedah dimilikinya kenikmatan dengan sengaja, yakni menghalalkan seorang laki-laki memperoleh kesenangan (istimta‘) dari wanita. Maksud kata memiliki di sini bukan makna yang hakiki.  Definisi ini menghindari kerancuan dari akad jual beli (wanita), yang bermakna sebuah akad perjanjian yang dilakukan untuk memiliki budak wanita.Sebaliknya, ulama’ Syafi‘iyah berpendapat bahwa nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah atau tajwiz atau semakna dengan keduanya. Kata nikah di sini berarti akad dalam arti hakiki.
Abu Zahrah mendefinisikan nikah yaitu akad yang menjadikan halalnya hubungan seksual antara kedua orang yang berakad sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang datang nyadari syara’. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, nikah merupakan salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi. Keberadaan nikah itu sejalan dengan lahirnya manusia pertama di atas bumi dan merupakan fitrah manusia yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkawinan adalah perjanjian yang bersifat syar‘i yang berdampak pada halalnya seorang lelaki dan perempuan memperoleh kenikmatan dengan pasangannya berupa berhubungan badan dan cara-cara lainnya dalam bentuk yang disyari’atkan, dengan ikrar tertentu secara disengaja.

A.Tujuan Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu syari’at yang dibawa Nabi Muhammad yang berkenaan dengan penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi. Secara singkat,tujuan dari perkawinan adalah sebagai berikut:
a)Memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin sehingga timbul kebahagiaan.
b)Memenuhi tuntutan naluri kemanusiaan, yakni kebutuhan biologis.
c)Memperoleh keturunan yang sah. Islam mengenal prinsip menjaga keturunan (hifzu al-nasl), oleh karena itu Islam melegalkan hubungan biologis melalui perkawinan.
d)Memelihara manusia dari berbagai bentuk kejahatan dan kerusakan.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan membentuk sebuah keluarga diwujudkan dengan adanya sakinah yang artinya tenang atau tentram, mawaddah yaitu keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmani, dan yang ketiga adalah rahmah, yakni adanya perwujudan kasih sayang yang dalam hal ini berkaitan dengan sifat rohani.
B.Peranan pemenuhan kebutuhan Biologis dalam perkawinan 
Kebutuhan biologis merupakan salah satu naluri kemanusiaan (garizah insaniyyah) yang secara fitrah diberikan Allah kepada setiap hamba-Nya baik pria maupun wanita. Dan untuk memenuhi tuntutan naluri ini, Allah telah memberikan batasan dan aturan yang legal, yaitu melalui perkawinan. Seseorang yang melaksanakan perkawinan yang sah, pada dasarnya merupakan suatu bentuk motivasi hubungan biologis yang bertanggung jawab. Hubungan biologis antara suami istri merupakan salah satu pengejawantahan dari ikrar pernikahan yang mereka ucapkan. Bahkan lebih jauh lagi, dengan adanya hubungan biologis sesungguhnya dua belah pihak antara suami istri tersebut telah mengokohkan bangunan rumah tangga dan menguatkan jalinan cinta kasih yang telah mereka bina bersama.Walaupun bukan termasuk tujuan utama, tetapi pemenuhan kebutuhan biologis memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah perkawinan. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan ini maka tujuan lain dari perkawinan dapat terpenuhi juga, seperti terjadinya proses regenerasi, terciptanya suasana penuh cinta dan kasih sayang di antara suami istri, serta mendapatkan kenikmatan yang tiada tara, ibaratnya nikmat yang membawa ke surga.Pemenuhan hubungan biologis sebenarnya bukan sekedar menyalurkan hawa nafsu duniawi dalam mencari kesenangan antara suami istri semata, akan tetapi dapat menjadi sarana untuk mendapatkan ridha dan pahala dari Allah, pemeliharaan diri dari perbuatan yang diharamkan (melakukan zina) dan mewujudkan tujuan Allah menciptakan manusia yakni regenerasi kehidupan umat manusia yang mampu memakmurkan bumi-Nya. Pemenuhan kebutuhan biologis dapat dijadikan tolok ukur dalam penentuan bahagia tidaknya pasangan suami istri dalam sebuah keluarga. Apabila kebutuhan biologis ini disalurkan dengan penuh rasa cinta dan memberikan kepuasan kepada suami maupun istri, maka sangat besar daya gunanya dalam memberikan perasaan bahagia bagi kedua belah pihak.
Dampak kepuasan dari pemenuhan kebutuhan biologis ini akan menjadi modal berharga bagi suami istri untuk membina dan mempertahankan perjalanan biduk rumah tangga yang penuh romantika. Dengan demikian tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan biologis antara suami istri merupakan faktor utama demi
Terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Bukti nyata dari terpenuhinya kebutuhan biologis ini adalah adanya kepuasan seksual dari kedua belah pihak baik suami maupun istri. Apabila kebutuhan biologis ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan dampak negatif yang kompleks dalam perkawinan, misalnya adanya kekecewaan dari salah satu pihak, adanya trauma psikologis yang menyebabkan berkurangnya gairah seksual, berkurangnya frekuensi melakukan hubungan biologis, sehingga dengan berbagai alasan tersebut terdapat kemungkinan akan terjadi kemalasan dan kebosanan yang berasal dari salah satu atau kedua pihak.
Suasana seperti ini tentunya akan mengikis rasa cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dapat mempengaruhi atmosfer rumah tangga menjadi dingin dan hampa. Sehingga tujuan dari perkawinan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah tidak dapat terwujud. Apabila hal ini terjadi, maka pondasi rumah tangga akan semakin retak. Dan lebih jauh lagi situasi dan kondisi seperti ini sangat memungkinkan tatanan rumah tangga akan berakhir dengan perceraian. Mengingat tujuan perkawinan sangat mulia, yaitu untuk membina rumah tangga yang bahagia, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian sangatlah tepat apabila Islam menyebutkan bahwa salah satu di antara hak dan kewajiban suami istri adalah memberikan sekaligus mendapatkan kepuasan dan kenikmatan seksual ketika berhubungan badan. Karena apabila hak dan kewajiban masing-masing pihak dari suami maupun istri tertunaikan maka akan terwujud keluarga yang bahagia. [2]




1. Islam Dan Hemogen Sosial, Editor : Drs. Khaeroni, M.si., dkk.( Jakarta: PT. Mediacita Grafis, 2001), hal. 35-36
2.Hukum Islam, Prinsip Syari’ah dalam Hukum Indonesia : Abd. Shomad, Jakarta: Kencana Preneda, 2010. hal. 45-48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar