https://indoboclub.com/?ref=Rasyid
(KEBUTUHAN BIOLOGIS)
B. KEBUTUHAN MANUSIA
TERHADAP TUHAN
(KEBUTUHAN BIOLOGIS)
A. KEBUTUHAN MANUSIA
TERHADAP AGAMA
a. Pengertian
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( Dien ) dari bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.
b. Latar Belakang Perlunya Manusia terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( Dien ) dari bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.
b. Latar Belakang Perlunya Manusia terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .
c. Kebutuhan Agama (Rohani) dan Sains (Jasmani)
Dalam pandangan
positivisme atau materialisme, jika sains dan teknologi sudah maju, masyarakat
tidak membutuhkan agama lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah
terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan tersebut ada benarnya,
tetapi ketika direnungkan lebih dalam timbul persoalan. Apakah keinginan manusia betul-betul mampu
dipenuhi oleh sains dan teknologi ?? Padahal menurut aliran ini manusia
terbatas dalam alam yang sangat luas. Bagaimana dia mampu memenuhi keinginan
tersebut? Kalau ada teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut,
kemungkinan besar semua orang akan menganut materialisme. Ternyata pandangan
materialisme tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan karena alur pikiranya
tidak logis.
Kemajuan sains dan teknologi
dalam satu abad terahir ini memang terasa sangat pesat. 100 tahun yang lalu
belum terbayangkan munculnya media elektronika seperti televisi atau komputer.
Teknologi trasportasi dan informasi begitu cepat berkembangnya, padahal kalau
dibandingkan antara masa penemuan roda- sebagai penemuan teknologi transportasi
paling awal-dengan dijalankan roda dengan mesin uap membutuhkan waktu yang
cukup lama. Jadi, perkembangan pesat sejak munculnya penemuan sains dan
teknologi di barat sejak abad ke-17.
Boleh dikatakan bahwa 95%
dari penduduk dunia sekarang telah menggunakan teknologi modern. Mungkin
sebagian suku-suku terasing saja belum menggunakan teknologi modern. Kalau
dikatakan semua suku terasing tidak menggunakan teknologi semuanya benar karena
suku-suku terasing di Irian Jaya lebih sering menggunakan pesawat terbang
dibanding dengan masyarakat yang berada di Pulau jawa bagian selatan.
Mau tidak mau, seseorang yang hidup dalam alam modern tidak mampu menolak
teknologi dengan segala bentuk resikonya. Contohnya, kalau waman pra
kemerdekaan, seseorang masih bebas berjalan dan main layangan di sekitar Blok M
Jakarta. Tetapi, pada tahun 1990-an kebebasan itu tidak ada lagi karena
sebagian besar kawasan itu telah
berubah fungsi, yaitu menjadi jalan raya. Jalan adalah tuntunan logis dari
teknologi transportasi yang bernama mobil. Mobil lama-kelamaan bertambah banyak
dan kencang. Oleh karena itu, jalan harus menyesuaikan diri terhadap tuntunan
tersebut, yakni dengan memperlebar dan membagi jalan menjadi jalur lambat,
dan jalur cepat. Karena lama kelamaan
mobil bertambah banyak, sementara jalan tidak bertambah, akhirnya dibuat jalan
tol yang bebas hambatan.
Jadi, manusia, pengguna teknologi,disisi mendapatkan kemudahan dalam
aktivitasnya,tetapi disisi lain, dia terstruktur dan terbelenggu oleh teknologi
itu sendiri. Struktur itu tidak saja membuat dia tidak bebas berbuat atau
berjalan,tetapi juga membentuk pola tingkah lakunya. Seperti, pengendara
eksklusif, tidak bebas lagi makan di sembarang tempat karena struktur mobil
menuntut dia untuk mencari restoran dengan tempat parkir yang luas. Cara
berpakaianjuga akan berubah sesuai dengan mobil model apa yang ia miliki.
Sains dan teknologi adalah hasil daya akal manusia dan sekaligus
kebutuhannya. Namun, kalau manusia tenggelam dalam struktur sains dan
teknologi, berarti eksistensinya sebagai manusia bisa hilang. Jiwa manusia memiliki dua daya yaitu daya
akal dan daya hati. Daya akal digunakan untuk mencapai ilmu pengetahuan dan
menemukan hal-hal baru. Sikap akal progresif dan cinta ilmu. Daya pikir sifat
yang paling penting adalah akal.
Pengalaman empiris dan daya akal kemudian menemukan bahwa air itu selalu
mendidih bila dipanaskan dan kemudian menguap. Uap ditemukan lagi memiliki
kekuatan yang begitu dahsyat. Oleh James Watt, uap itu digunakan untuk
mengerakan roda. Teori itu digunakan dalam teknologi transportasi, maka
munculah kereta api uap.
Namun, apakah setelah kebutuhan itu terpenuhi,
manusia sudah merasa puas, atau sudah tercapai semua keinginannya??
Disini manusia sebenarnya masih membutuhkan kesenangan di balik itu semua
yang bersifat materi itu, yaitu kebutuhan
spritual.
Kebutuhan spritual adalah kebutuhan hati yang tidak berbentuk materi. Boleh
jadi seorang telah terpenuhi segala kebutuhan materinya, tetapi perasaanya
belum puas dan bahagia dengan apa yang ia miliki. Sebaliknya, seseorang yang
belum tercukupi segala kebutuhan
materinya, tetapi dia sudah merasa puas dan bahagia.
Pada dasarnya manusia ingin kebutuhan materinya
cukup dan juga merasa puas dan bahagia dengan kecukupan itu. Agama mengajarkan
pemeluknya agar selalu bersyukur atas apa yang diterimanya sebab Tuhan itu Maha
Pemurah dan Bijaksana.
Maha pemurah Tuhan dapat diamati dalam struktur kebutuhan manusia. Semakin
sesuatu itu dibutuhkan semakin murah harganya dan mudah diperoleh. Contohnya,
udara lebih dibutuhkan manusia ketimbang air sebab seorang mampu hidup beberapa
hari tanpa minum, tetapi dia akan mati dalam hitungan menit kalau tidak ada
udara. Seterusnya, air lebih dibutuhkan ketimbang makanan karena seseorang
mampu bertahan hidup tanpa makan sekian puluh hari dengan tetap minum air, dan
demikianlah selanjutnya. Udara lebih mudah didapat dari pada air, begitu pula
air lebih mudah didapat dari pada makanan.
Manusia yang terdiri atas
dua unsur, yaitu jasmani dan rohani secara otomatis kedua unsur itu memiliki
kebutuhan –kebutuhan tersendiri. Kebutuhan jasmani dipenuhi oleh sains dan
teknologi, sementara kebuthan rohani dipenuhi oleh agama dan moralitas. Apabila
dua macam kebutuhan itu terpenuhi, menurut agama, dia akan berbahagia di dunia
dan di akhirat. Bahkan agama menekan bahwa kebahagian rohani lebih penting dari
pada kebahagian jasmani. Kebahagian jasmani menurut agama hanya sementara dan
akan hancur, sedangkan kebahagian rohani
bersifat abadi.
Adanya konsep keabadian
jiwa dalam agama merupakan dorongan bagi pemeluknya agar selalu berfikir dan
bertujuan jauh ke depan. Pandangan jauh ke depan ini memiliki aspek yang
positif, antara lain kebahagian yang hakikat sulit dicapai di dunia yang serba
terbatas. Oleh karena itu, kebahagian hakikat sebenarnya ada pada alam yang
tidak terbatas, yaitu alam rohani atau syurga. Biasanya orang yang berpandangan
jauh dan luas lebih unggul di banding orang yang berfikir sempit dan pendek.
Orang yang berpandangan jauh ke depan, bagaikan seorang yang menggunakan lampu
jauh ketika mengendarai mobil di malam hari. Ketika menggunakan lampu jauh, dia
mendapat dua keuntungan, pertama dia melihat jalan yang jauh di depan dan,
kedua secara otomatis jalan yang dekat ikut jelas juga. Jika menggunakan lampu
dekat saja, sedangkan jarak
yang jauh tidak dilihatnya. Begitu juga orang berfikir akan ada kebahagian
akhirat yang lebih sempurna, dia secara otomatis meraih kebahagian di dunia
terlebih dahulu, baru kebahagian akhirat.
Kebutuhan dalam meramal
dan berfikir jauh ke depan sudah merupakan naluri manusia. Seiring dengan
kemajuan sains dan teknologi, di negara-negara Barat bermunculan para futurolog
yang terkenal, seperti Naisbitt dan Alvin Toffler. Mereka ramalkan masa depan
manusia dengan berpijak pada kenyataan yang sekarang dan pengalaman umat
manusia yang telah lalu.Hasil dari ramalanya itu dibukukan dan menjadi buku
yang paling laris dibeli oleh masyarakat.
Dengan demikian, kebutuhan
manusia modern tidak saja sains dan teknologi, tetapi kebutuhan rohani,
termasuk kebutuhan masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Agama islam
umpamanya, memberikan petunjuk bahwa kebahagian rohani dan jasmani itu saling
terkait. Seorang yang memiliki harta yang banyak dianggap baik ketika ia
mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang tidak mampu. Doa yang
selalu di anjurkan agar dibaca oleh seorang muslim adalah permintaan kebahagian
di dunia dan di akhirat. Jadi, kebahagian dunia menjadi prasyarat bagi
kebahagian akhirat.
Itulah pentingnya agama, sebab dalam kenyataan agama sangat relavan
dijadikan sebagai alasan permusuhan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.Tidak jarang
konflik antarindividu maupun antar kelompok dikaitkan dengan agama, sekalipun
setelah dianalisis lebih lanjut,perbedaan agama bukanlah faktor utama penyebab
konflik tersebut. Mungkin saja terjadi karena
perbedaan dalam pemahaman, tetapi tidak dipungkiri bahwa konflik itu
muncul karena adanya aspek-aspek lain yang turut memicu, seperti aspek ekonomi
dan aspek politik.[1]
B. KEBUTUHAN MANUSIA
TERHADAP TUHAN
Dari semua kitab suci semua agama
sudah dijelaskan mengapa manusia perlu Tuhan. Di dasari oleh berbagai macam
dalil-dalil yang sudah dibuktikan selama berabad-abad oleh para penganut
masing-masing agama. Itupun masih banyak yang menyangkal keberadaan Tuhan,
hingga suatu saat si atheis terpojok, dan terancam maut, barulah dia menyeru
dan meminta pertolongan kepada Tuhan.
SEBAGAIMANA FIRAUN MENYERU KEPADA TUHAN PADA WAKTU
AKAN MATI TENGGELAM DAN MAYATNYA SEKARANG MENJADI SAKSI BISU ATAS KEJADIAN
TERSEBUT.
Khususnya
di negara-negara barat, saat ini faham atheis sedang berkembang pesat. Mereka
menolak keberadaan Tuhan bahkan ada beberapa yang malah mencaci maki Tuhan.
Itulah Firaun-Firaun jaman sekarang yang lebih suka bertindak sesuka hatinya,
tidak ada larangan apapun dan menolak kewajiban apapun.
Sesungguhnya
dia menurutkan hawa nafsunya sendiri dan menjadikan kesenangan hawa nafsu
sebagai tujuan hidupnya. Hawa nafsunya dibiarkan mengatur perilakunya yang
menghasilkan pilihan hidup sesuka hatinya. Agamanya adalah agama yang mengajarkan sikap
dan tindakan sesuka hati. Tuhannya adalah hawa nafsunya.
Perilaku
manusia seperti ini dijelaskan di dalam teorinya Sigmund Freud, yaitu ID, EGO
& SUPER EGO yang mendasari perilaku manusia. Secara sederhana pengertian ID
mewakili kebutuhan biologis dan alam bawah sadar, EGO mewakili rasio dan alam
sadar, sedangkan SUPEREGO adalah nilai-nilai yang dianut di suatu kelompok
masyarakat tertentu.Pada saat belum ada agama, manusia menyeru kepada Sang
Pencipta Alam Semesta dan memohon petunjuk dan bimbingan mengenai suatu
“metode” yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperbaiki
kondisi masyarakat di mana dia tinggal. Setelah diturunkannya petunjuk, maka
“metode dan prosedur” yang dijalankan berdasarkan petunjuk tadi akhirnya
disebut sebagai agama. “Metode dan prosedur” tadi mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia sehari-harinya sehingga agama dikenal pula sebagai suatu cara
untuk menjalani kehidupan (way of life).
Di dalam
perkembangan selanjutnya, banyak pemuka agama yang memodifikasi dan merubah
ajaran asli agama tersebut dengan berbagai macam pertimbangan, alasan dan
kepentingan. Perubahan-perubahan tersebut ada yang merugikan dan menguntungkan
bagi masyarakat penganutnya.
Reaksi terhadap perubahan yang
dirasakan merugikan adalah dengan memperbaiki agama tersebut dan berjuang
mengembalikan ajaran agama tersebut ke bentuk aslinya. Ada juga yang bereaksi
dengan pindah agama lain. Dan Ada juga yang malah meninggalkan ajaran agama
tersebut dan mengklaim dirinya tidak percaya Tuhan, sebagai perwujudan
pernyataan sikap bahwa dia tidak mau lagi menjalankan “metode dan prosedur” sebagaimana
diatur oleh suatu agama.
Prof
Masaru Emoto adalah seorang profesor dari Jepang yang berhasil
mendokumentasikan kualitas air di seluruh kota di Jepang.
Dari hasil penelitiannya
tersebut kita bisa memetik suatu pelajaran tentang kebutuhan manusia terhadap
Tuhan, suka tidak suka, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau. Artinya
secara alamiah kita membutuhkan Tuhan, sebagaimana kita membutuhkan oksigen
untuk bernafas.Secara
biology, 80% tubuh manusia terdiri dari air, sehingga kualitas air di dalam
diri kita akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Bila “kualitas air” di
dalam badan manusia buruk tentunya orang tersebut akan menderita gejala
gangguan kesehatan dan atau menderita penyakit tertentu. Tidak ada orang di
dunia ini yang mau sakit. Semuanya menginginkan hidup sehat dan panjang umur.
C. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP PERKAWINAN
Kata nikah atau kawin berasal dari
bahasa Arab yaitu “النكاح” dan “الزواج”, yang secara bahasa berarti “الوطئ ” (setubuh,
senggama) dan “الضم” (berkumpul). Secara hakiki nikah bermakna
bersetubuh, sedangkan secara majazi bermakna akad. Ulama Hanafiyah
mendefinisikan nikah adalah suatu akad yang memberikan faedah dimilikinya
kenikmatan dengan sengaja, yakni menghalalkan seorang laki-laki memperoleh
kesenangan (istimta‘) dari wanita. Maksud kata memiliki di sini bukan makna yang
hakiki. Definisi ini menghindari kerancuan dari akad jual beli (wanita),
yang bermakna sebuah akad perjanjian yang dilakukan untuk memiliki budak
wanita.Sebaliknya, ulama’ Syafi‘iyah berpendapat bahwa nikah adalah suatu akad
yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah
atau tajwiz atau semakna dengan keduanya. Kata nikah di sini berarti akad dalam
arti hakiki.
Abu Zahrah mendefinisikan nikah yaitu akad yang menjadikan halalnya hubungan seksual antara kedua orang yang berakad sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang datang nyadari syara’. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, nikah merupakan salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi. Keberadaan nikah itu sejalan dengan lahirnya manusia pertama di atas bumi dan merupakan fitrah manusia yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkawinan adalah perjanjian yang bersifat syar‘i yang berdampak pada halalnya seorang lelaki dan perempuan memperoleh kenikmatan dengan pasangannya berupa berhubungan badan dan cara-cara lainnya dalam bentuk yang disyari’atkan, dengan ikrar tertentu secara disengaja.
Abu Zahrah mendefinisikan nikah yaitu akad yang menjadikan halalnya hubungan seksual antara kedua orang yang berakad sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang datang nyadari syara’. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, nikah merupakan salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi. Keberadaan nikah itu sejalan dengan lahirnya manusia pertama di atas bumi dan merupakan fitrah manusia yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perkawinan adalah perjanjian yang bersifat syar‘i yang berdampak pada halalnya seorang lelaki dan perempuan memperoleh kenikmatan dengan pasangannya berupa berhubungan badan dan cara-cara lainnya dalam bentuk yang disyari’atkan, dengan ikrar tertentu secara disengaja.
A.Tujuan Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu syari’at yang
dibawa Nabi Muhammad yang berkenaan dengan penataan hal ihwal manusia dalam
kehidupan duniawi dan ukhrowi. Secara singkat,tujuan dari perkawinan adalah
sebagai berikut:
a)Memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin sehingga timbul kebahagiaan.
a)Memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin sehingga timbul kebahagiaan.
b)Memenuhi tuntutan naluri kemanusiaan, yakni
kebutuhan biologis.
c)Memperoleh keturunan yang sah. Islam mengenal prinsip menjaga keturunan (hifzu al-nasl), oleh karena itu Islam melegalkan hubungan biologis melalui perkawinan.
d)Memelihara manusia dari berbagai bentuk kejahatan dan kerusakan.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan membentuk sebuah keluarga diwujudkan dengan adanya sakinah yang artinya tenang atau tentram, mawaddah yaitu keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmani, dan yang ketiga adalah rahmah, yakni adanya perwujudan kasih sayang yang dalam hal ini berkaitan dengan sifat rohani.
c)Memperoleh keturunan yang sah. Islam mengenal prinsip menjaga keturunan (hifzu al-nasl), oleh karena itu Islam melegalkan hubungan biologis melalui perkawinan.
d)Memelihara manusia dari berbagai bentuk kejahatan dan kerusakan.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan membentuk sebuah keluarga diwujudkan dengan adanya sakinah yang artinya tenang atau tentram, mawaddah yaitu keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat jasmani, dan yang ketiga adalah rahmah, yakni adanya perwujudan kasih sayang yang dalam hal ini berkaitan dengan sifat rohani.
B.Peranan pemenuhan kebutuhan Biologis dalam perkawinan
Kebutuhan biologis merupakan
salah satu naluri kemanusiaan (garizah insaniyyah) yang secara fitrah
diberikan Allah kepada setiap hamba-Nya baik pria maupun wanita. Dan untuk
memenuhi tuntutan naluri ini, Allah telah memberikan batasan dan aturan yang legal,
yaitu melalui perkawinan. Seseorang yang melaksanakan perkawinan yang sah, pada
dasarnya merupakan suatu bentuk motivasi hubungan biologis yang bertanggung
jawab. Hubungan biologis antara suami istri merupakan
salah satu pengejawantahan dari ikrar pernikahan yang mereka ucapkan. Bahkan
lebih jauh lagi, dengan adanya hubungan biologis sesungguhnya dua belah pihak
antara suami istri tersebut telah mengokohkan bangunan rumah tangga dan
menguatkan jalinan cinta kasih yang telah mereka bina bersama.Walaupun bukan
termasuk tujuan utama, tetapi pemenuhan kebutuhan biologis memegang peranan
yang sangat penting dalam sebuah perkawinan. Karena dengan terpenuhinya
kebutuhan ini maka tujuan lain dari perkawinan dapat terpenuhi juga, seperti
terjadinya proses regenerasi, terciptanya suasana penuh cinta dan kasih sayang
di antara suami istri, serta mendapatkan kenikmatan yang tiada tara, ibaratnya
nikmat yang membawa ke surga.Pemenuhan hubungan biologis sebenarnya bukan sekedar
menyalurkan hawa nafsu duniawi dalam mencari kesenangan antara suami istri
semata, akan tetapi dapat menjadi sarana untuk mendapatkan ridha dan pahala
dari Allah, pemeliharaan diri dari perbuatan yang diharamkan (melakukan zina)
dan mewujudkan tujuan Allah menciptakan manusia yakni regenerasi kehidupan umat
manusia yang mampu memakmurkan bumi-Nya. Pemenuhan kebutuhan biologis dapat
dijadikan tolok ukur dalam penentuan bahagia tidaknya pasangan suami istri
dalam sebuah keluarga. Apabila kebutuhan biologis ini disalurkan dengan penuh
rasa cinta dan memberikan kepuasan kepada suami maupun istri, maka sangat besar
daya gunanya dalam memberikan perasaan bahagia bagi kedua belah pihak.
Dampak kepuasan dari pemenuhan kebutuhan biologis ini akan menjadi modal berharga bagi suami istri untuk membina dan mempertahankan perjalanan biduk rumah tangga yang penuh romantika. Dengan demikian tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan biologis antara suami istri merupakan faktor utama demi
Dampak kepuasan dari pemenuhan kebutuhan biologis ini akan menjadi modal berharga bagi suami istri untuk membina dan mempertahankan perjalanan biduk rumah tangga yang penuh romantika. Dengan demikian tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan biologis antara suami istri merupakan faktor utama demi
Terciptanya keluarga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Bukti nyata dari terpenuhinya kebutuhan
biologis ini adalah adanya kepuasan seksual dari kedua belah pihak baik suami
maupun istri. Apabila kebutuhan biologis ini tidak terpenuhi maka akan
menimbulkan dampak negatif yang kompleks dalam perkawinan, misalnya adanya
kekecewaan dari salah satu pihak, adanya trauma psikologis yang menyebabkan
berkurangnya gairah seksual, berkurangnya frekuensi melakukan hubungan
biologis, sehingga dengan berbagai alasan tersebut terdapat kemungkinan akan
terjadi kemalasan dan kebosanan yang berasal dari salah satu atau kedua pihak.
Suasana seperti ini tentunya akan mengikis rasa cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dapat mempengaruhi atmosfer rumah tangga menjadi dingin dan hampa. Sehingga tujuan dari perkawinan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah tidak dapat terwujud. Apabila hal ini terjadi, maka pondasi rumah tangga akan semakin retak. Dan lebih jauh lagi situasi dan kondisi seperti ini sangat memungkinkan tatanan rumah tangga akan berakhir dengan perceraian. Mengingat tujuan perkawinan sangat mulia, yaitu untuk membina rumah tangga yang bahagia, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian sangatlah tepat apabila Islam menyebutkan bahwa salah satu di antara hak dan kewajiban suami istri adalah memberikan sekaligus mendapatkan kepuasan dan kenikmatan seksual ketika berhubungan badan. Karena apabila hak dan kewajiban masing-masing pihak dari suami maupun istri tertunaikan maka akan terwujud keluarga yang bahagia. [2]
Suasana seperti ini tentunya akan mengikis rasa cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dapat mempengaruhi atmosfer rumah tangga menjadi dingin dan hampa. Sehingga tujuan dari perkawinan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah tidak dapat terwujud. Apabila hal ini terjadi, maka pondasi rumah tangga akan semakin retak. Dan lebih jauh lagi situasi dan kondisi seperti ini sangat memungkinkan tatanan rumah tangga akan berakhir dengan perceraian. Mengingat tujuan perkawinan sangat mulia, yaitu untuk membina rumah tangga yang bahagia, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian sangatlah tepat apabila Islam menyebutkan bahwa salah satu di antara hak dan kewajiban suami istri adalah memberikan sekaligus mendapatkan kepuasan dan kenikmatan seksual ketika berhubungan badan. Karena apabila hak dan kewajiban masing-masing pihak dari suami maupun istri tertunaikan maka akan terwujud keluarga yang bahagia. [2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar